You can replace this text by going to "Layout" and then "Edit HTML" section. A welcome message will look lovely here.
RSS

Kamis, 13 Februari 2014

Shalat Dhuha yang Begitu Menakjubkan


Setiap orang pasti senang untuk melakukan amalan sedekah. Bahkan kita pun diperintahkan setiap harinya untuk bersedekah dengan seluruh persendian. Ternyata ada suatu amalan yang bisa menggantikan amalan sedekah tersebut yaitu shalat dhuha. Simak saja pembahasan berikut ini.
Keutamaan Shalat Dhuha
Di antara keutamaannya, shalat Dhuha dapat menggantikah kewajiban sedekah seluruh persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.[1]
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian.”[2]
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan pula dalam hadits berikut,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ »
“Dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.”[3]
An Nawawi mengatakan,  “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at.”[4]
Asy Syaukani mengatakan,  “Hadits Abu Dzar dan hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus menerus.”[5]
Keutamaan shalat Dhuha lainnya disebutkan dalam hadits berikut,
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ الْغَطَفَانِىِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ ».
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.[6]
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.”[7]
Hukum Shalat Dhuha
Menurut pendapat yang paling kuat, hukum shalat Dhuha adalah sunnah secara mutlaq dan boleh dirutinkan. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah dalil yang menunjukkan keutamaan shalat Dhuha yang telah disebutkan. Begitu pula shalat Dhuha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wasiatkan kepada Abu Hurairah untuk dilaksanakan. Nasehat kepada Abu Hurairah pun berlaku bagi umat lainnya. Abu Hurairah mengatakan,
أَوْصَانِى خَلِيلِىصلى الله عليه وسلمبِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ
Kekasihku –yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga nasehat padaku: [1] Berpuasa tiga hari setiap bulannya, [2] Melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at, dan [3] Berwitir sebelum tidur.[8]
Asy Syaukani mengatakan, “Hadits-hadits yang menjelaskan dianjurkannya shalat Dhuha amat banyak dan tidak mungkin mencacati satu dan lainnya.”[9]
Sedangkan dalil bahwa shalat Dhuha boleh dirutinkan adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah ,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [10]
Waktu Pelaksanaan Shalat Dhuha
Shalat Dhuha dimulai dari waktu matahari meninggi hingga mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke barat).[11] Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan bahwa waktunya adalah mulai dari matahari setinggi tombak –dilihat dengan pandangan mata- hingga mendekati waktu zawal. Lalu beliau jelaskan bahwa waktunya dimulai kira-kira 20 menit setelah matahari terbit, hingga 10 atau 5 menit sebelum matahari bergeser ke barat.[12] Sedangkan Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) menjelaskan bahwa waktu awal shalat Dhuha adalah sekitar 15 menit setelah matahari terbit.[13]
Jadi, silakan disesuaikan dengan terbitnya matahari di masing-masing daerah dan kami tidak bisa memberitahukan jam pastinya shalat Dhuha tersebut dimulai dan berakhir. Dan setiap hari waktu terbit matahari pun berbeda.
Sedangkan waktu utama mengerjakan shalat Dhuha adalah di akhir waktu[14], yaitu keadaan yang semakin panas. Dalilnya adalah,
أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ ».
Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (nama lain untuk shalat Dhuha yaitu shalat untuk orang yang taat atau kembali untuk taat[15]) adalah ketika anak unta merasakan terik matahari.[16]
An Nawawi mengatakan, “Inilah waktu utama untuk melaksanakan shalat Dhuha. Begitu pula ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa ini adalah waktu terbaik untuk shalat Dhuha. Walaupun boleh pula dilaksanakan ketika matahari terbit hingga waktu zawal.”[17]
Jumlah Raka’at Shalat Dhuha
Jumlah raka’at shalat Dhuha, minimalnya adalah dua raka’at sedangkan maksimalnya adalah tanpa batas, menurut pendapat yang paling kuat[18]. Jadi boleh hanya dua raka’at, boleh empat raka’at, dan seterusnya asalkan jumlah raka’atnya genap. Namun jika ingin dilaksakan lebih dari dua raka’at, shalat Dhuha tersebut dilakukan setiap dua raka’at salam.
Dalil minimal shalat Dhuha adalah dua raka’at sudah dijelaskan dalam hadits-hadits yang telah lewat. Sedangkan dalil yang menyatakan bahwa maksimal jumlah raka’atnya adalah tak terbatas, yaitu hadits,
مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى صَلاَةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.
Mu’adzah pernah menanyakan pada ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berapa jumlah raka’at shalat Dhuha yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? ‘Aisyah menjawab, “Empat raka’at dan beliau tambahkan sesuka beliau.[19]
Bolehkah Seorang Pegawai (Bawahan) Melaksanakan Shalat Dhuha?
Mungkin setiap pegawai punya keinginan untuk melaksanakan shalat Dhuha. Namun perlu diperhatikan di sini bahwa melaksanakan tugas kantor tentu lebih utama daripada melaksanakan shalat Dhuha. Karena menunaikan tugas dari atasan adalah wajib sedangkan shalat Dhuha adalah amalan yang sunnah. Maka sudah seharusnya amalan yang wajib lebih didahulukan dari amalan yang sunnah. Hal ini berbeda jika kita menjalankan usaha sendiri (wirausaha) atau kita adalah pemilik perusahaan, tentu sekehendak kita ingin menggunakan waktu. Sedangkan kalau kita sebagai bawahan atau pegawai, kita tentu terikat aturan pekerjaan dari atasan.
Maka kami nasehatkan di sini, agar setiap pegawai lebih mendahulukan tanggung jawabnya sebagai pegawai daripada menunaikan shalat Dhuha. Sebagai solusi, pegawai tersebut bisa mengerjakan shalat Dhuha sebelum berangkat kantor. Lihat penjelasan waktu shalat Dhuha yang kami terangkan di atas.
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah menjelaskan, “Tidak selayaknya bagi seorang pegawai melalaikan pekerjaan dari atasan yang hukumnya lebih wajib dari sekedar melaksanakan shalat sunnah. Shalat Dhuha sudah diketahui adalah shalat sunnah. Oleh karenanya, hendaklah seorang pegawai tidak meninggalkan pekerjaan yang jelas lebih wajib dengan alasan ingin melaksanakan amalan sunnah. Mungkin pegawai tersebut bisa melaksanakan shalat Dhuha di rumahnya sebelum ia berangkat kerja, yaitu setelah matahari setinggi tombak. Waktunya kira-kira 15 menit setelah matahari terbit.” Demikian Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah no. 19285.[20]
Bolehkah Melaksanakan Shalat Dhuha secara Berjama’ah?
Mayoritas ulama ulama berpendapat bahwa shalat sunnah boleh dilakukan secara berjama’ah ataupun sendirian (munfarid) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan dua cara ini, namun yang paling sering dilakukan adalah secara sendirian (munfarid). Perlu diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan shalat bersama Hudzaifah; bersama Anas, ibunya dan seorang anak yatim; beliau juga pernah mengimami  para sahabat di rumah ‘Itban bin Malik[21]; beliau pun pernah melaksanakan shalat bersama Ibnu ‘Abbas.[22]
Ibnu Hajar Al Asqolani ketika menjelaskan hadits Ibnu ‘Abbas yang berada di rumah Maimunah dan melaksanakan shalat malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan dibolehkannya melakukan shalat sunnah secara berjama’ah.”[23]
An Nawawi tatkala menjelaskan hadits mengenai qiyam Ramadhan (tarawih), beliau rahimahullah mengatakan, “Boleh mengerjakan shalat sunnah secara berjama’ah. Namun pilihan yang paling bagus adalah dilakukan sendiri-sendiri (munfarid) kecuali pada beberapa shalat khusus seperti shalat ‘ied, shalat kusuf (ketika terjadi gerhana), shalat istisqo’ (minta hujan), begitu pula dalam shalat tarawih menurut mayoritas ulama.”[24]
Ada sebuah pertanyaan yang pernah diajukan pada Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengenai hukum mengerjakan shalat nafilah (shalat sunnah) dengan berjama’ah. Syaikh rahimahullah menjawab,
“Apabila seseorang melaksanakan shalat sunnah terus menerus secara berjama’ah, maka ini adalah sesuatu yang tidak disyari’atkan. Adapun jika dia melaksanakan shalat sunnah tersebut kadang-kadang secara berjama’ah, maka tidaklah mengapa karena terdapat petunjuk dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini seperti  shalat malam yang beliau lakukan bersama Ibnu ‘Abbas[25]. Sebagaimana pula beliau pernah melakukan shalat bersama Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dan anak yatim di rumah Ummu Sulaim[26], dan masih ada contoh lain semisal itu.”[27]
Namun kalau shalat sunnah secara berjama’ah dilakukan dalam rangka pengajaran, maka ini diperbolehkan karena ada maslahat. Ibnu Hajar ketika menjelaskan shalat Anas bersama anak yatim di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berjama’ah, beliau mengatakan, “Shalat sunnah yang utama adalah dilakukan secara munfarid (sendirian) jika memang di sana tidak ada maslahat seperti untuk mengajarkan orang lain. Namun dapat dikatakan bahwa jika shalat sunnah secara berjama’ah dilakukan dalam rangka pengajaran, maka ini dinilai lebih utama, lebih-lebih lagi pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang bertugas untuk memberi contoh pada umatnya, -pen).”
Intinya adalah:
1. Shalat sunnah yang utama adalah shalat sunnah yang dilakukan secara munfarid (sendiri) dan lebih utama lagi dilakukan di rumah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَصَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِى بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ الْمَرْءِ فِى بَيْتِهِ إِلاَّ الْمَكْتُوبَةَ
Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari no. 731)
2. Terdapat shalat sunnah tertentu yang disyari’atkan secara berjama’ah seperti shalat tarawih.
3. Shalat sunnah selain itu –seperti shalat Dhuha dan shalat tahajud- lebih utama dilakukan secara munfarid dan boleh dilakukan secara berjama’ah namun tidak rutin atau tidak terus menerus, akan tetapi kadang-kadang.
4. Jika memang ada maslahat untuk melakukan shalat sunnah secara berjama’ah seperti untuk mengajarkan orang lain, maka lebih utama dilakukan secara berjama’ah.
Demikian penjelasan singkat dari kami mengenai shalat Dhuha. Semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Disempurnakan di Panggang, Gunung Kidul, 24 Dzulhijah 1430 H
SHALAT DHUHA

Waktu Ikhtiyar untuk Shalat Dhuha adalah setelah berlalu seperempat waktu siang. Jumlah raka`at Shalat Dhuha paling sedikit dua raka`at dan paling banyak dua belas raka`at. Disunatkan membaca surat asy-Syams pada raka`at pertama dan adh-Dhuha pada raka`at kedua, ada juga yang berpendapat pada raka`at pertama disunatkan membaca surat al-Ka_firun dan al-Ikhlash pada raka`at kedua.

DALIL SHALAT DHUHA
1.    Firman Allah, surat ash-Sha_d ayat 18 ;
يسبحن بالعشى والإشراق
Artinya : … mereka bertashbih kepada Allah di waktu sore dan waktu isyraq.
Untuk penjelasan ayat ini Ibnu `Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Shalat Isyraq adalah Shalat Dhuha.
2.    Hadits Rasulullah s.a.w.
روى الشيخان عن أبى هريرة رضى الله عنه قال أوصانى خليلى صلى الله عليه وسلم بثلاث صيام ثلاثة أيام من كل شهر وركعتى الضحى وأن أوتر قبل أن أنام
Artinya : Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., beliau berkata : Kekasihku s.a.w. memberiku wasiat dengan tiga hal; 1. Puasa selama tiga hari dalam setiap bulan. 2. Dua raka`at Shalat Dhuha. 3. Berwitir sebelum tidur.
روى أبو داود أنه صلى الله عليه وسلم صلى سُبحة الضحى ثمانى ركعات وسلم من كل ركعتين
Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah mengerjakan Shalalt Dhuha sebanyak delapan raka`at dan setiap dua raka`at beliau ber-salam.

FADHILAH SHALAT DHUHA
al-Quthb al-Ghauts al-Habib Abdullah al-Hadad berkata dalam kitab an-Nasha_ih :
قال عليه السلام يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة وكل تسبيحة صدقة وكل تحميدة صدقة وكل تـهليلة صدقة وكل تكبيرة صدقة وأمر بالمعروف صدقة ونهى عن المنكر صدقة ويجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى.
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; dijadikan setiap persendian kamu sebagai sedekah, setiap sekali tasbih sebagai sedekah, setiap sekali tahmid sebagai sedekah, setiap satu tahlil sebagai sedekah, setiap satu raka`at sebagai sedekah, menyuruh kepada kebaikan sebagai sedekah, melarang perbuatan tercela sebagai sedekah. Semua fahala tersebut sebanding dengan fahala dua raka`at Dhuha.
قال عليه السلام من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل ذبد البحر
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; Barang siapa yang selalu mengerjakan dua raka`at Shalat Dhuha maka akan diampuni semua dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.
عن أبى هريرة رضى الله عنه أن فى الجنة بابا يقال له الضحى فاذا كان يوم القيامة نادى مناد أين الذين كانوا يدومون على صلاة الضحى هذا بابكم فادخلوه برحمة الله (رواه الطبرانى)
Artinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Sesunguhnya di dalam Syurga terdapat sebuah pintu yang dinamai dengan ad-Dhuha. Pada hari kiamat terdengar suara yang memanggil ”Dimana orang-orang yang selalu mengerjakan Shalat Dhuha..! Ini adalah pintu untuk kamu, masuklah kedalamnya dengan Rahmat Allah. (H.R. ath-Thabrani)
روى الديلمى عن عبد الله بن جراد المنافق لا يصلى الضحى ولا يقرأ قل يأيها الكافرون.
ad-Dailamy meriwayatkan dari `Abdullah bin Jarrad : Munafiq tidak mengerjakan Shalat Dhuha dan tidak membaca surat al-Ka_firu_n.
عن أبى ذر رضى الله عنه قال النبى صلى الله عليه وسلم إن صليت الضحى ركعتين لم تكتب من الغافلين أو أربعا كتبت من المحسنين أو ستا كتبت من القانتين أو ثمانيا كتبت من الفائزين أو عشرا لم يكتب عليك ذلك اليوم ذنب أو ثنتى عشرة بنى الله لك بيتا فى الجنة (رواه البيهقى)
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda jika engkau mengerjakan Shalat Dhuha sebanyak dua rak`at maka engkau tidak akan ditulis dalam golongan orang-orang yang lalai. Atau engkau kerjakan enam raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan qa_niti_n (orang-orang yang taat) atau delapan raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan fa_izi_n (orang-orang yang mendapat kemenangan) atau sepuluh raka`at maka tidak akan dituliskan dosamu pada hari tersebut atau dua belas raka`at maka Allah akan membangun sebuah mahligai untukmu di dalam syurga. (H.R. al-Baihaqi)





SHALAT TAHAJJUD

Shalat Tahajjud adalah Shalat sunat malam yang dikerjakan setelah tidur. Shalat Tahajjud sangat disunatkan pada paruh malam yang akhir dan lebih utama dilaksanakan pada waktu sahur, tidak ada batasan jumlah raka`atnya.
DALIL SHALAT TAHAJJUD
1.    Ijma` Ulama Kompeten
2.    Firman Allah Surat al-Muzammil ayat 20 :
ومن الليل فتهجد به نافلة لك
Artinya : “… dan diantara malam itu, bertahajjudlah engkau sebagai `ibadah sunat bagimu... ”
FADHILAH SHALAT TAHAJJUD
قال عليه الصلاة والسلام أفضل الصلاة بعد المكتوبة صلاة الليل
Rasulullah s.a.w. bersabda : Shalat yang paling afdhal setelah Shalat Fardhu adalah Shalat malam (Tahajjud).
قال عليه الصلاة والسلام عليكم بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة لكم ومكفرة للسيئات ومنهاة  عن الاثم ومطردة للداء عن الجسد
Rasulullah s.a.w. bersabda : Kerjakanlah shalat malam karena shalat malam itu merupakan kesungguhan (perbuatan yang sangat digemari) orang shalih sebelum kamu, Shalat malam juga menjadi qurbah (mendekatkan diri) bagi kamu, menjadi penembus terhadap dosa-dosa, menjadi pemelihara dari dosa dan juga menjadi penawar dan obat bagi penyakit yang ada ditubuh.
قال عليه الصلاة والسلام أيها الناس افشوا السلام وأطعم الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
Rasulullah s.a.w. bersabda : Wahai manusia tebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahmi, shalat malamlah padahal manusia sedang terlelap maka engkau akan masuk syurga dengan selamat.
قال عليه الصلاة والسلام يحشر الناس فى صعيد واحد فينادى مناد أين الذين كانت تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنة بغير حساب
Rasulullah s.a.w. bersabda : (pada hari qiyamat) seluruh manusia dikumpulkan pada satu tempat, kemudian terdengarlah sebuah seruan : dimanakah orang-orang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya? Maka berdirilah mereka dengan jumlah yang sedikit kemudian mereka masuk syurga tanpa terlebih dahulu diperiksa amalannya.

روى أن الجنيد رؤى فى المنام فقيل له ما فعل الله بك فقال طاحت تلك الإشارات وغابت تلك العبارات وفنيت تلك العلوم ونفدت تلك الرسوم وما نفعنا الا ركيعات كنا نركعها عند السحر

Diriwayatkan bahwa seseorang bermimpi bertemu dengan al-Junaid (setelah meninggal) maka orang tersebut bertanya kepada al-Junaid : ” Bagaimana keputusan Allah kepadamu?” maka al-Junaid menjawab : “Hilang semua nasehat, lenyap seluruh ta`bir, sia-sia semua ilmu (maksudnya, beliau tidak memperoleh fahala dari amal tersebut) aku tidak mendapat satu mamfaatpun kecuali dari beberapa raka`at yang aku kerjakan pada saat sahur (Shalat Tahajjud).





SHALAT DHUHA

Waktu Ikhtiyar untuk Shalat Dhuha adalah setelah berlalu seperempat waktu siang. Jumlah raka`at Shalat Dhuha paling sedikit dua raka`at dan paling banyak dua belas raka`at. Disunatkan membaca surat asy-Syams pada raka`at pertama dan adh-Dhuha pada raka`at kedua, ada juga yang berpendapat pada raka`at pertama disunatkan membaca surat al-Ka_firun dan al-Ikhlash pada raka`at kedua.

DALIL SHALAT DHUHA
1.    Firman Allah, surat ash-Sha_d ayat 18 ;
يسبحن بالعشى والإشراق
Artinya : … mereka bertashbih kepada Allah di waktu sore dan waktu isyraq.
Untuk penjelasan ayat ini Ibnu `Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Shalat Isyraq adalah Shalat Dhuha.
2.    Hadits Rasulullah s.a.w.
روى الشيخان عن أبى هريرة رضى الله عنه قال أوصانى خليلى صلى الله عليه وسلم بثلاث صيام ثلاثة أيام من كل شهر وركعتى الضحى وأن أوتر قبل أن أنام
Artinya : Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., beliau berkata : Kekasihku s.a.w. memberiku wasiat dengan tiga hal; 1. Puasa selama tiga hari dalam setiap bulan. 2. Dua raka`at Shalat Dhuha. 3. Berwitir sebelum tidur.
روى أبو داود أنه صلى الله عليه وسلم صلى سُبحة الضحى ثمانى ركعات وسلم من كل ركعتين
Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah mengerjakan Shalalt Dhuha sebanyak delapan raka`at dan setiap dua raka`at beliau ber-salam.

FADHILAH SHALAT DHUHA
al-Quthb al-Ghauts al-Habib Abdullah al-Hadad berkata dalam kitab an-Nasha_ih :
قال عليه السلام يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة وكل تسبيحة صدقة وكل تحميدة صدقة وكل تـهليلة صدقة وكل تكبيرة صدقة وأمر بالمعروف صدقة ونهى عن المنكر صدقة ويجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى.
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; dijadikan setiap persendian kamu sebagai sedekah, setiap sekali tasbih sebagai sedekah, setiap sekali tahmid sebagai sedekah, setiap satu tahlil sebagai sedekah, setiap satu raka`at sebagai sedekah, menyuruh kepada kebaikan sebagai sedekah, melarang perbuatan tercela sebagai sedekah. Semua fahala tersebut sebanding dengan fahala dua raka`at Dhuha.
قال عليه السلام من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل ذبد البحر
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; Barang siapa yang selalu mengerjakan dua raka`at Shalat Dhuha maka akan diampuni semua dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.
عن أبى هريرة رضى الله عنه أن فى الجنة بابا يقال له الضحى فاذا كان يوم القيامة نادى مناد أين الذين كانوا يدومون على صلاة الضحى هذا بابكم فادخلوه برحمة الله (رواه الطبرانى)
Artinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Sesunguhnya di dalam Syurga terdapat sebuah pintu yang dinamai dengan ad-Dhuha. Pada hari kiamat terdengar suara yang memanggil ”Dimana orang-orang yang selalu mengerjakan Shalat Dhuha..! Ini adalah pintu untuk kamu, masuklah kedalamnya dengan Rahmat Allah. (H.R. ath-Thabrani)
روى الديلمى عن عبد الله بن جراد المنافق لا يصلى الضحى ولا يقرأ قل يأيها الكافرون.
ad-Dailamy meriwayatkan dari `Abdullah bin Jarrad : Munafiq tidak mengerjakan Shalat Dhuha dan tidak membaca surat al-Ka_firu_n.
عن أبى ذر رضى الله عنه قال النبى صلى الله عليه وسلم إن صليت الضحى ركعتين لم تكتب من الغافلين أو أربعا كتبت من المحسنين أو ستا كتبت من القانتين أو ثمانيا كتبت من الفائزين أو عشرا لم يكتب عليك ذلك اليوم ذنب أو ثنتى عشرة بنى الله لك بيتا فى الجنة (رواه البيهقى)
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda jika engkau mengerjakan Shalat Dhuha sebanyak dua rak`at maka engkau tidak akan ditulis dalam golongan orang-orang yang lalai. Atau engkau kerjakan enam raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan qa_niti_n (orang-orang yang taat) atau delapan raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan fa_izi_n (orang-orang yang mendapat kemenangan) atau sepuluh raka`at maka tidak akan dituliskan dosamu pada hari tersebut atau dua belas raka`at maka Allah akan membangun sebuah mahligai untukmu di dalam syurga. (H.R. al-Baihaqi)





SHALAT TAHAJJUD

Shalat Tahajjud adalah Shalat sunat malam yang dikerjakan setelah tidur. Shalat Tahajjud sangat disunatkan pada paruh malam yang akhir dan lebih utama dilaksanakan pada waktu sahur, tidak ada batasan jumlah raka`atnya.
DALIL SHALAT TAHAJJUD
1.    Ijma` Ulama Kompeten
2.    Firman Allah Surat al-Muzammil ayat 20 :
ومن الليل فتهجد به نافلة لك
Artinya : “… dan diantara malam itu, bertahajjudlah engkau sebagai `ibadah sunat bagimu... ”
FADHILAH SHALAT TAHAJJUD
قال عليه الصلاة والسلام أفضل الصلاة بعد المكتوبة صلاة الليل
Rasulullah s.a.w. bersabda : Shalat yang paling afdhal setelah Shalat Fardhu adalah Shalat malam (Tahajjud).
قال عليه الصلاة والسلام عليكم بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة لكم ومكفرة للسيئات ومنهاة  عن الاثم ومطردة للداء عن الجسد
Rasulullah s.a.w. bersabda : Kerjakanlah shalat malam karena shalat malam itu merupakan kesungguhan (perbuatan yang sangat digemari) orang shalih sebelum kamu, Shalat malam juga menjadi qurbah (mendekatkan diri) bagi kamu, menjadi penembus terhadap dosa-dosa, menjadi pemelihara dari dosa dan juga menjadi penawar dan obat bagi penyakit yang ada ditubuh.
قال عليه الصلاة والسلام أيها الناس افشوا السلام وأطعم الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
Rasulullah s.a.w. bersabda : Wahai manusia tebarkanlah salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahmi, shalat malamlah padahal manusia sedang terlelap maka engkau akan masuk syurga dengan selamat.
قال عليه الصلاة والسلام يحشر الناس فى صعيد واحد فينادى مناد أين الذين كانت تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون وهم قليل فيدخلون الجنة بغير حساب
Rasulullah s.a.w. bersabda : (pada hari qiyamat) seluruh manusia dikumpulkan pada satu tempat, kemudian terdengarlah sebuah seruan : dimanakah orang-orang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya? Maka berdirilah mereka dengan jumlah yang sedikit kemudian mereka masuk syurga tanpa terlebih dahulu diperiksa amalannya.

روى أن الجنيد رؤى فى المنام فقيل له ما فعل الله بك فقال طاحت تلك الإشارات وغابت تلك العبارات وفنيت تلك العلوم ونفدت تلك الرسوم وما نفعنا الا ركيعات كنا نركعها عند السحر

Diriwayatkan bahwa seseorang bermimpi bertemu dengan al-Junaid (setelah meninggal) maka orang tersebut bertanya kepada al-Junaid : ” Bagaimana keputusan Allah kepadamu?” maka al-Junaid menjawab : “Hilang semua nasehat, lenyap seluruh ta`bir, sia-sia semua ilmu (maksudnya, beliau tidak memperoleh fahala dari amal tersebut) aku tidak mendapat satu mamfaatpun kecuali dari beberapa raka`at yang aku kerjakan pada saat sahur (Shalat Tahajjud).


Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.