Setiap orang pasti senang untuk
melakukan amalan sedekah. Bahkan kita pun diperintahkan setiap harinya untuk
bersedekah dengan seluruh persendian. Ternyata ada suatu amalan yang bisa
menggantikan amalan sedekah tersebut yaitu shalat dhuha. Simak saja pembahasan
berikut ini.
Keutamaan Shalat Dhuha
Di antara keutamaannya, shalat Dhuha
dapat menggantikah kewajiban sedekah seluruh persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu
‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ
أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ
بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ
ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Pada pagi hari diharuskan bagi
seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih
(subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa
sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah,
dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula
amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari
kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan
melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.”[1]
Padahal persendian yang ada pada
seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam
dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ
خُلِقَ
كُلُّ
إِنْسَانٍ
مِنْ
بَنِى
آدَمَ
عَلَى
سِتِّينَ
وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
Hadits ini menjadi bukti selalu
benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sedekah dengan
360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha sebagaimana disebutkan
pula dalam hadits berikut,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ
وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ
مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ
الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ »
“Dari Buraidah, beliau mengatakan
bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban
untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu
bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau
menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti
itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.”[3]
An Nawawi mengatakan, “Hadits
dari Abu Dzar adalah dalil yang menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari
shalat Dhuha dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa
cukup dengan dua raka’at.”[4]
Asy Syaukani mengatakan,
“Hadits Abu Dzar dan hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar
biasa dan kedudukan yang mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan
semakin disyari’atkannya shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah
mencukupi sedekah dengan 360 persendian. Jika memang demikian, sudah
sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus menerus.”[5]
Keutamaan shalat Dhuha lainnya
disebutkan dalam hadits berikut,
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ
الْغَطَفَانِىِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ
رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ ».
Dari Nu’aim bin Hammar Al
Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat
raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di
akhir siang.”[6]
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim
Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha
akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga
dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa
atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa
lebih luas dari itu.”[7]
Hukum Shalat Dhuha
Menurut pendapat yang paling kuat,
hukum shalat Dhuha adalah sunnah secara mutlaq dan boleh dirutinkan.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah dalil yang menunjukkan keutamaan shalat
Dhuha yang telah disebutkan. Begitu pula shalat Dhuha, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam wasiatkan kepada Abu Hurairah untuk dilaksanakan. Nasehat
kepada Abu Hurairah pun berlaku bagi umat lainnya. Abu Hurairah mengatakan,
أَوْصَانِى
خَلِيلِى
– صلى
الله
عليه
وسلم
– بِثَلاَثٍ
صِيَامِ
ثَلاَثَةِ
أَيَّامٍ
مِنْ
كُلِّ
شَهْرٍ
، وَرَكْعَتَىِ
الضُّحَى
، وَأَنْ
أُوتِرَ
قَبْلَ
أَنْ
أَنَامَ
“Kekasihku –yaitu Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga nasehat padaku: [1] Berpuasa
tiga hari setiap bulannya, [2] Melaksanakan shalat Dhuha dua raka’at, dan [3]
Berwitir sebelum tidur.”[8]
Asy Syaukani mengatakan,
“Hadits-hadits yang menjelaskan dianjurkannya shalat Dhuha amat banyak dan
tidak mungkin mencacati satu dan lainnya.”[9]
Sedangkan dalil bahwa shalat Dhuha
boleh dirutinkan adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
‘Aisyah ,
أَحَبُّ
الأَعْمَالِ
إِلَى
اللَّهِ
تَعَالَى
أَدْوَمُهَا
وَإِنْ
قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh
Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun
ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. [10]
Waktu Pelaksanaan
Shalat Dhuha
Shalat Dhuha dimulai dari waktu
matahari meninggi hingga mendekati waktu zawal (matahari bergeser ke
barat).[11] Syaikh
Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin menjelaskan bahwa waktunya adalah mulai dari
matahari setinggi tombak –dilihat dengan pandangan mata- hingga mendekati waktu
zawal. Lalu beliau jelaskan bahwa waktunya dimulai kira-kira 20 menit
setelah matahari terbit, hingga 10 atau 5 menit sebelum matahari bergeser ke
barat.[12] Sedangkan
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) menjelaskan bahwa waktu
awal shalat Dhuha adalah sekitar 15 menit setelah matahari terbit.[13]
Jadi, silakan disesuaikan dengan
terbitnya matahari di masing-masing daerah dan kami tidak bisa memberitahukan
jam pastinya shalat Dhuha tersebut dimulai dan berakhir. Dan setiap hari waktu
terbit matahari pun berbeda.
Sedangkan waktu utama mengerjakan
shalat Dhuha adalah di akhir waktu[14], yaitu keadaan yang semakin panas. Dalilnya
adalah,
أَنَّ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ رَأَى
قَوْمًا يُصَلُّونَ مِنَ الضُّحَى فَقَالَ أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ
فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- قَالَ « صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ ».
Zaid bin Arqom melihat sekelompok
orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak
mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih
utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Waktu
terbaik) shalat awwabin (nama lain untuk shalat Dhuha yaitu shalat untuk orang
yang taat atau kembali untuk taat[15]) adalah ketika anak unta merasakan terik
matahari.”[16]
An Nawawi mengatakan, “Inilah waktu
utama untuk melaksanakan shalat Dhuha. Begitu pula ulama Syafi’iyah mengatakan
bahwa ini adalah waktu terbaik untuk shalat Dhuha. Walaupun boleh pula
dilaksanakan ketika matahari terbit hingga waktu zawal.”[17]
Jumlah Raka’at Shalat
Dhuha
Jumlah raka’at shalat Dhuha,
minimalnya adalah dua raka’at sedangkan maksimalnya adalah tanpa batas, menurut
pendapat yang paling kuat[18]. Jadi boleh hanya dua raka’at, boleh empat
raka’at, dan seterusnya asalkan jumlah raka’atnya genap. Namun jika ingin
dilaksakan lebih dari dua raka’at, shalat Dhuha tersebut dilakukan setiap dua
raka’at salam.
Dalil minimal shalat Dhuha adalah
dua raka’at sudah dijelaskan dalam hadits-hadits yang telah lewat. Sedangkan
dalil yang menyatakan bahwa maksimal jumlah raka’atnya adalah tak terbatas,
yaitu hadits,
مُعَاذَةُ أَنَّهَا سَأَلَتْ
عَائِشَةَ – رضى الله عنها – كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
يُصَلِّى صَلاَةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.
Mu’adzah pernah menanyakan pada
‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berapa jumlah raka’at shalat Dhuha yang dilakukan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? ‘Aisyah menjawab, “Empat
raka’at dan beliau tambahkan sesuka beliau.”[19]
Bolehkah Seorang Pegawai
(Bawahan) Melaksanakan Shalat Dhuha?
Mungkin setiap pegawai punya
keinginan untuk melaksanakan shalat Dhuha. Namun perlu diperhatikan di sini
bahwa melaksanakan tugas kantor tentu lebih utama daripada melaksanakan shalat
Dhuha. Karena menunaikan tugas dari atasan adalah wajib sedangkan shalat Dhuha
adalah amalan yang sunnah. Maka sudah seharusnya amalan yang wajib lebih
didahulukan dari amalan yang sunnah. Hal ini berbeda jika kita menjalankan
usaha sendiri (wirausaha) atau kita adalah pemilik perusahaan, tentu sekehendak
kita ingin menggunakan waktu. Sedangkan kalau kita sebagai bawahan atau
pegawai, kita tentu terikat aturan pekerjaan dari atasan.
Maka kami nasehatkan di sini, agar
setiap pegawai lebih mendahulukan tanggung jawabnya sebagai pegawai daripada
menunaikan shalat Dhuha. Sebagai solusi, pegawai tersebut bisa mengerjakan
shalat Dhuha sebelum berangkat kantor. Lihat penjelasan waktu shalat Dhuha yang
kami terangkan di atas.
Al Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa
di Saudi Arabia) pernah menjelaskan, “Tidak selayaknya bagi seorang pegawai
melalaikan pekerjaan dari atasan yang hukumnya lebih wajib dari sekedar
melaksanakan shalat sunnah. Shalat Dhuha sudah diketahui adalah shalat sunnah.
Oleh karenanya, hendaklah seorang pegawai tidak meninggalkan pekerjaan yang
jelas lebih wajib dengan alasan ingin melaksanakan amalan sunnah. Mungkin
pegawai tersebut bisa melaksanakan shalat Dhuha di rumahnya sebelum ia
berangkat kerja, yaitu setelah matahari setinggi tombak. Waktunya kira-kira 15
menit setelah matahari terbit.” Demikian Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah no. 19285.[20]
Bolehkah Melaksanakan
Shalat Dhuha secara Berjama’ah?
Mayoritas ulama ulama berpendapat
bahwa shalat sunnah boleh dilakukan secara berjama’ah ataupun sendirian
(munfarid) karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan
dua cara ini, namun yang paling sering dilakukan adalah secara sendirian
(munfarid). Perlu diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
melakukan shalat bersama Hudzaifah; bersama
Anas, ibunya dan seorang anak yatim; beliau juga pernah mengimami para
sahabat di rumah ‘Itban bin Malik[21]; beliau
pun pernah melaksanakan shalat bersama Ibnu ‘Abbas.[22]
Ibnu Hajar Al Asqolani ketika
menjelaskan hadits Ibnu ‘Abbas yang berada di rumah Maimunah dan melaksanakan
shalat malam bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini menunjukkan dibolehkannya melakukan
shalat sunnah secara berjama’ah.”[23]
An Nawawi tatkala menjelaskan hadits
mengenai qiyam Ramadhan (tarawih), beliau rahimahullah mengatakan,
“Boleh mengerjakan shalat sunnah secara berjama’ah. Namun pilihan yang paling
bagus adalah dilakukan sendiri-sendiri (munfarid) kecuali pada beberapa shalat
khusus seperti shalat ‘ied, shalat kusuf (ketika terjadi gerhana), shalat
istisqo’ (minta hujan), begitu pula dalam shalat tarawih menurut mayoritas
ulama.”[24]
Ada sebuah pertanyaan yang pernah
diajukan pada Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengenai
hukum mengerjakan shalat nafilah (shalat sunnah) dengan berjama’ah. Syaikh rahimahullah
menjawab,
“Apabila seseorang melaksanakan
shalat sunnah terus menerus secara berjama’ah, maka ini adalah sesuatu yang
tidak disyari’atkan. Adapun jika dia melaksanakan shalat sunnah tersebut
kadang-kadang secara berjama’ah, maka tidaklah mengapa karena terdapat petunjuk
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal ini seperti
shalat malam yang beliau lakukan bersama Ibnu ‘Abbas[25].
Sebagaimana pula beliau pernah melakukan shalat bersama Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu dan anak yatim di rumah Ummu Sulaim[26], dan masih ada contoh lain semisal itu.”[27]
Namun kalau shalat sunnah secara
berjama’ah dilakukan dalam rangka pengajaran, maka ini diperbolehkan karena ada
maslahat. Ibnu Hajar ketika menjelaskan shalat Anas bersama anak yatim di
belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berjama’ah, beliau
mengatakan, “Shalat sunnah yang utama adalah dilakukan secara munfarid
(sendirian) jika memang di sana tidak ada maslahat seperti untuk mengajarkan
orang lain. Namun dapat dikatakan bahwa jika shalat sunnah secara berjama’ah
dilakukan dalam rangka pengajaran, maka ini dinilai lebih utama, lebih-lebih
lagi pada diri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang bertugas untuk
memberi contoh pada umatnya, -pen).”
Intinya adalah:
1. Shalat sunnah yang utama adalah
shalat sunnah yang dilakukan secara munfarid (sendiri) dan lebih utama
lagi dilakukan di rumah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
فَصَلُّوا
أَيُّهَا
النَّاسُ
فِى
بُيُوتِكُمْ
، فَإِنَّ
أَفْضَلَ
الصَّلاَةِ
صَلاَةُ
الْمَرْءِ
فِى
بَيْتِهِ
إِلاَّ
الْمَكْتُوبَةَ
“Hendaklah kalian manusia
melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah
shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari no. 731)
2. Terdapat shalat sunnah tertentu
yang disyari’atkan secara berjama’ah seperti shalat tarawih.
3. Shalat sunnah selain itu –seperti
shalat Dhuha dan shalat tahajud- lebih utama dilakukan secara munfarid
dan boleh dilakukan secara berjama’ah namun tidak rutin atau tidak terus
menerus, akan tetapi kadang-kadang.
4. Jika memang ada maslahat untuk
melakukan shalat sunnah secara berjama’ah seperti untuk mengajarkan orang lain,
maka lebih utama dilakukan secara berjama’ah.
Demikian penjelasan singkat dari
kami mengenai shalat Dhuha. Semoga bermanfaat.
Segala puji bagi Allah yang dengan
nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Disempurnakan di Panggang, Gunung
Kidul, 24 Dzulhijah 1430 H
SHALAT DHUHA
Waktu Ikhtiyar untuk Shalat
Dhuha adalah setelah berlalu seperempat waktu siang. Jumlah raka`at Shalat Dhuha paling sedikit dua raka`at
dan paling banyak dua belas raka`at. Disunatkan membaca surat asy-Syams pada
raka`at pertama dan adh-Dhuha pada raka`at kedua, ada juga yang berpendapat
pada raka`at pertama disunatkan membaca surat al-Ka_firun dan al-Ikhlash pada
raka`at kedua.
DALIL SHALAT DHUHA
1. Firman
Allah, surat ash-Sha_d ayat 18 ;
يسبحن بالعشى والإشراق
Artinya
: … mereka bertashbih kepada Allah di waktu sore dan waktu isyraq.
Untuk
penjelasan ayat ini Ibnu `Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Shalat Isyraq
adalah Shalat Dhuha.
2. Hadits
Rasulullah s.a.w.
روى الشيخان عن أبى هريرة رضى الله عنه قال أوصانى
خليلى صلى الله عليه وسلم بثلاث صيام ثلاثة أيام من كل شهر وركعتى الضحى وأن أوتر
قبل أن أنام
Artinya : Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abi
Hurairah r.a., beliau berkata : Kekasihku s.a.w. memberiku wasiat dengan tiga
hal; 1. Puasa selama tiga hari dalam setiap bulan. 2. Dua raka`at Shalat Dhuha.
3. Berwitir sebelum tidur.
روى أبو داود أنه صلى الله عليه وسلم صلى سُبحة
الضحى ثمانى ركعات وسلم من كل ركعتين
Abu
Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah mengerjakan Shalalt Dhuha sebanyak delapan
raka`at dan setiap dua raka`at beliau ber-salam.
FADHILAH SHALAT DHUHA
al-Quthb al-Ghauts al-Habib Abdullah
al-Hadad berkata dalam kitab an-Nasha_ih :
قال عليه السلام يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة
وكل تسبيحة صدقة وكل تحميدة صدقة وكل تـهليلة صدقة وكل تكبيرة صدقة وأمر بالمعروف
صدقة ونهى عن المنكر صدقة ويجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى.
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; dijadikan setiap
persendian kamu sebagai sedekah, setiap sekali tasbih sebagai sedekah,
setiap sekali tahmid sebagai sedekah, setiap satu tahlil sebagai
sedekah, setiap satu raka`at sebagai sedekah, menyuruh kepada kebaikan sebagai
sedekah, melarang perbuatan tercela sebagai sedekah. Semua fahala tersebut
sebanding dengan fahala dua raka`at Dhuha.
قال عليه السلام من حافظ على شفعة الضحى غفرت له
ذنوبه ولو كانت مثل ذبد البحر
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; Barang siapa yang
selalu mengerjakan dua raka`at Shalat Dhuha maka akan diampuni semua dosanya
walaupun sebanyak buih di lautan.
عن أبى هريرة رضى الله عنه أن
فى الجنة بابا يقال له الضحى فاذا كان يوم القيامة نادى مناد أين الذين كانوا
يدومون على صلاة الضحى هذا بابكم فادخلوه برحمة الله (رواه الطبرانى)
Artinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Sesunguhnya
di dalam Syurga terdapat sebuah pintu yang dinamai dengan ad-Dhuha. Pada hari
kiamat terdengar suara yang memanggil ”Dimana orang-orang yang selalu
mengerjakan Shalat Dhuha..! Ini adalah pintu untuk kamu, masuklah kedalamnya
dengan Rahmat Allah. (H.R. ath-Thabrani)
روى الديلمى عن عبد الله بن
جراد المنافق لا يصلى الضحى ولا يقرأ قل يأيها الكافرون.
ad-Dailamy
meriwayatkan dari `Abdullah bin Jarrad : Munafiq tidak mengerjakan Shalat Dhuha
dan tidak membaca surat al-Ka_firu_n.
عن أبى ذر رضى الله عنه قال
النبى صلى الله عليه وسلم إن صليت الضحى ركعتين لم تكتب من الغافلين أو أربعا كتبت
من المحسنين أو ستا كتبت من القانتين أو ثمانيا كتبت من الفائزين أو عشرا لم يكتب
عليك ذلك اليوم ذنب أو ثنتى عشرة بنى الله لك بيتا فى الجنة (رواه البيهقى)
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda jika
engkau mengerjakan Shalat Dhuha sebanyak dua rak`at maka engkau tidak akan
ditulis dalam golongan orang-orang yang lalai. Atau engkau kerjakan enam
raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan qa_niti_n (orang-orang
yang taat) atau delapan raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan fa_izi_n
(orang-orang yang mendapat kemenangan) atau sepuluh raka`at maka tidak akan
dituliskan dosamu pada hari tersebut atau dua belas raka`at maka Allah akan
membangun sebuah mahligai untukmu di dalam syurga. (H.R. al-Baihaqi)
SHALAT TAHAJJUD
Shalat Tahajjud adalah Shalat sunat
malam yang dikerjakan setelah tidur. Shalat Tahajjud sangat disunatkan pada
paruh malam yang akhir dan lebih utama dilaksanakan pada waktu sahur, tidak ada
batasan jumlah raka`atnya.
DALIL SHALAT TAHAJJUD
1. Ijma` Ulama Kompeten
2. Firman Allah Surat al-Muzammil ayat
20 :
ومن الليل فتهجد به نافلة لك
Artinya : “… dan diantara malam itu, bertahajjudlah
engkau sebagai `ibadah sunat bagimu... ”
FADHILAH SHALAT TAHAJJUD
قال عليه الصلاة والسلام أفضل
الصلاة بعد المكتوبة صلاة الليل
Rasulullah s.a.w. bersabda : Shalat yang paling afdhal
setelah Shalat Fardhu adalah Shalat malam (Tahajjud).
قال عليه الصلاة والسلام عليكم
بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة لكم ومكفرة للسيئات ومنهاة عن الاثم ومطردة للداء عن الجسد
Rasulullah s.a.w. bersabda : Kerjakanlah shalat malam
karena shalat malam itu merupakan kesungguhan (perbuatan yang sangat digemari)
orang shalih sebelum kamu, Shalat malam juga menjadi qurbah (mendekatkan diri)
bagi kamu, menjadi penembus terhadap dosa-dosa, menjadi pemelihara dari dosa
dan juga menjadi penawar dan obat bagi penyakit yang ada ditubuh.
قال عليه الصلاة والسلام أيها
الناس افشوا السلام وأطعم الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا
الجنة بسلام
Rasulullah s.a.w. bersabda : Wahai manusia tebarkanlah
salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahmi, shalat malamlah padahal
manusia sedang terlelap maka engkau akan masuk syurga dengan selamat.
قال عليه الصلاة والسلام يحشر
الناس فى صعيد واحد فينادى مناد أين الذين كانت تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون
وهم قليل فيدخلون الجنة بغير حساب
Rasulullah s.a.w. bersabda : (pada hari qiyamat) seluruh
manusia dikumpulkan pada satu tempat, kemudian terdengarlah sebuah seruan :
dimanakah orang-orang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya? Maka
berdirilah mereka dengan jumlah yang sedikit kemudian mereka masuk syurga tanpa
terlebih dahulu diperiksa amalannya.
روى أن الجنيد رؤى فى المنام
فقيل له ما فعل الله بك فقال طاحت تلك الإشارات وغابت تلك العبارات وفنيت تلك
العلوم ونفدت تلك الرسوم وما نفعنا الا ركيعات كنا نركعها عند السحر
Diriwayatkan
bahwa seseorang bermimpi bertemu dengan al-Junaid (setelah meninggal) maka
orang tersebut bertanya kepada al-Junaid : ” Bagaimana keputusan Allah
kepadamu?” maka al-Junaid menjawab : “Hilang semua nasehat, lenyap seluruh
ta`bir, sia-sia semua ilmu (maksudnya, beliau tidak memperoleh fahala dari amal
tersebut) aku tidak mendapat satu mamfaatpun kecuali dari beberapa raka`at yang
aku kerjakan pada saat sahur (Shalat Tahajjud).
SHALAT DHUHA
Waktu Ikhtiyar untuk Shalat
Dhuha adalah setelah berlalu seperempat waktu siang. Jumlah raka`at Shalat Dhuha paling sedikit dua raka`at
dan paling banyak dua belas raka`at. Disunatkan membaca surat asy-Syams pada
raka`at pertama dan adh-Dhuha pada raka`at kedua, ada juga yang berpendapat
pada raka`at pertama disunatkan membaca surat al-Ka_firun dan al-Ikhlash pada
raka`at kedua.
DALIL SHALAT DHUHA
1. Firman
Allah, surat ash-Sha_d ayat 18 ;
يسبحن بالعشى والإشراق
Artinya
: … mereka bertashbih kepada Allah di waktu sore dan waktu isyraq.
Untuk
penjelasan ayat ini Ibnu `Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Shalat Isyraq
adalah Shalat Dhuha.
2. Hadits
Rasulullah s.a.w.
روى الشيخان عن أبى هريرة رضى الله عنه قال أوصانى
خليلى صلى الله عليه وسلم بثلاث صيام ثلاثة أيام من كل شهر وركعتى الضحى وأن أوتر
قبل أن أنام
Artinya : Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari
Abi Hurairah r.a., beliau berkata : Kekasihku s.a.w. memberiku wasiat dengan
tiga hal; 1. Puasa selama tiga hari dalam setiap bulan. 2. Dua raka`at Shalat
Dhuha. 3. Berwitir sebelum tidur.
روى أبو داود أنه صلى الله عليه وسلم صلى سُبحة
الضحى ثمانى ركعات وسلم من كل ركعتين
Abu
Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah mengerjakan Shalalt Dhuha sebanyak delapan
raka`at dan setiap dua raka`at beliau ber-salam.
FADHILAH SHALAT DHUHA
al-Quthb al-Ghauts al-Habib Abdullah
al-Hadad berkata dalam kitab an-Nasha_ih :
قال عليه السلام يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة
وكل تسبيحة صدقة وكل تحميدة صدقة وكل تـهليلة صدقة وكل تكبيرة صدقة وأمر بالمعروف
صدقة ونهى عن المنكر صدقة ويجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى.
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; dijadikan setiap
persendian kamu sebagai sedekah, setiap sekali tasbih sebagai sedekah,
setiap sekali tahmid sebagai sedekah, setiap satu tahlil sebagai
sedekah, setiap satu raka`at sebagai sedekah, menyuruh kepada kebaikan sebagai
sedekah, melarang perbuatan tercela sebagai sedekah. Semua fahala tersebut
sebanding dengan fahala dua raka`at Dhuha.
قال عليه السلام من حافظ على شفعة الضحى غفرت له
ذنوبه ولو كانت مثل ذبد البحر
Artinya : Rasulullah s.a.w. bersabda; Barang siapa yang
selalu mengerjakan dua raka`at Shalat Dhuha maka akan diampuni semua dosanya
walaupun sebanyak buih di lautan.
عن أبى هريرة رضى الله عنه أن
فى الجنة بابا يقال له الضحى فاذا كان يوم القيامة نادى مناد أين الذين كانوا
يدومون على صلاة الضحى هذا بابكم فادخلوه برحمة الله (رواه الطبرانى)
Artinya : Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Sesunguhnya
di dalam Syurga terdapat sebuah pintu yang dinamai dengan ad-Dhuha. Pada hari
kiamat terdengar suara yang memanggil ”Dimana orang-orang yang selalu mengerjakan
Shalat Dhuha..! Ini adalah pintu untuk kamu, masuklah kedalamnya dengan Rahmat
Allah. (H.R. ath-Thabrani)
روى الديلمى عن عبد الله بن
جراد المنافق لا يصلى الضحى ولا يقرأ قل يأيها الكافرون.
ad-Dailamy
meriwayatkan dari `Abdullah bin Jarrad : Munafiq tidak mengerjakan Shalat Dhuha
dan tidak membaca surat al-Ka_firu_n.
عن أبى ذر رضى الله عنه قال
النبى صلى الله عليه وسلم إن صليت الضحى ركعتين لم تكتب من الغافلين أو أربعا كتبت
من المحسنين أو ستا كتبت من القانتين أو ثمانيا كتبت من الفائزين أو عشرا لم يكتب
عليك ذلك اليوم ذنب أو ثنتى عشرة بنى الله لك بيتا فى الجنة (رواه البيهقى)
Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda jika
engkau mengerjakan Shalat Dhuha sebanyak dua rak`at maka engkau tidak akan
ditulis dalam golongan orang-orang yang lalai. Atau engkau kerjakan enam
raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan qa_niti_n (orang-orang
yang taat) atau delapan raka`at maka engkau akan dituliskan dalam golongan fa_izi_n
(orang-orang yang mendapat kemenangan) atau sepuluh raka`at maka tidak akan
dituliskan dosamu pada hari tersebut atau dua belas raka`at maka Allah akan
membangun sebuah mahligai untukmu di dalam syurga. (H.R. al-Baihaqi)
SHALAT TAHAJJUD
Shalat Tahajjud adalah Shalat sunat
malam yang dikerjakan setelah tidur. Shalat Tahajjud sangat disunatkan pada
paruh malam yang akhir dan lebih utama dilaksanakan pada waktu sahur, tidak ada
batasan jumlah raka`atnya.
DALIL SHALAT TAHAJJUD
1. Ijma` Ulama Kompeten
2. Firman Allah Surat al-Muzammil ayat
20 :
ومن الليل فتهجد به نافلة لك
Artinya : “… dan diantara malam itu, bertahajjudlah
engkau sebagai `ibadah sunat bagimu... ”
FADHILAH SHALAT TAHAJJUD
قال عليه الصلاة والسلام أفضل
الصلاة بعد المكتوبة صلاة الليل
Rasulullah s.a.w. bersabda : Shalat yang paling afdhal
setelah Shalat Fardhu adalah Shalat malam (Tahajjud).
قال عليه الصلاة والسلام عليكم
بقيام الليل فإنه دأب الصالحين قبلكم وقربة لكم ومكفرة للسيئات ومنهاة عن الاثم ومطردة للداء عن الجسد
Rasulullah s.a.w. bersabda : Kerjakanlah shalat malam
karena shalat malam itu merupakan kesungguhan (perbuatan yang sangat digemari)
orang shalih sebelum kamu, Shalat malam juga menjadi qurbah (mendekatkan diri)
bagi kamu, menjadi penembus terhadap dosa-dosa, menjadi pemelihara dari dosa
dan juga menjadi penawar dan obat bagi penyakit yang ada ditubuh.
قال عليه الصلاة والسلام أيها
الناس افشوا السلام وأطعم الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا
الجنة بسلام
Rasulullah s.a.w. bersabda : Wahai manusia tebarkanlah
salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahmi, shalat malamlah padahal
manusia sedang terlelap maka engkau akan masuk syurga dengan selamat.
قال عليه الصلاة والسلام يحشر
الناس فى صعيد واحد فينادى مناد أين الذين كانت تتجافى جنوبهم عن المضاجع فيقومون
وهم قليل فيدخلون الجنة بغير حساب
Rasulullah s.a.w. bersabda : (pada hari qiyamat) seluruh
manusia dikumpulkan pada satu tempat, kemudian terdengarlah sebuah seruan :
dimanakah orang-orang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya? Maka berdirilah
mereka dengan jumlah yang sedikit kemudian mereka masuk syurga tanpa terlebih
dahulu diperiksa amalannya.
روى أن الجنيد رؤى فى المنام
فقيل له ما فعل الله بك فقال طاحت تلك الإشارات وغابت تلك العبارات وفنيت تلك
العلوم ونفدت تلك الرسوم وما نفعنا الا ركيعات كنا نركعها عند السحر
Diriwayatkan
bahwa seseorang bermimpi bertemu dengan al-Junaid (setelah meninggal) maka
orang tersebut bertanya kepada al-Junaid : ” Bagaimana keputusan Allah
kepadamu?” maka al-Junaid menjawab : “Hilang semua nasehat, lenyap seluruh
ta`bir, sia-sia semua ilmu (maksudnya, beliau tidak memperoleh fahala dari amal
tersebut) aku tidak mendapat satu mamfaatpun kecuali dari beberapa raka`at yang
aku kerjakan pada saat sahur (Shalat Tahajjud).








0 komentar:
Posting Komentar