Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Keempat sifat tersebut harus dilakukan secara integral sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan yang dicita-citakan manusia.
Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai.
Dan disertai dengan ketekunan, ulet dan teliti sebuah pekerjaan bisa
terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal sesuai yang diharapkan. Tanpa
adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah pekerjaan maka manusia akan
cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak merasa puas dan bahkan bisa
menjadi orang yang pesimis.
Untuk itu maka manusia dituntut untuk selalu memiliki dan
menjaga sifat-sifat tersebut diatas. Agar dalam menjalani kehidupan dan
melakukan pekerjaan tetap menjadi orang yang selalu optimis dan berpikiran
positif. Dengan begitu semua apa yang dicita-citakan oleh manusia akan terwujud
dengan baik.
A. Kerja keras
1) Konsep kerja keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah
bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita.
Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara
fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir
sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan
berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Al-Qashash “ 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam
menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi
masing-masing.
Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah
surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya:
“ Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat
105 yang artinya:
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan
ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah
dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas
mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita
dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang
bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa
adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi
manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha
dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja
keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari
hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ
اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ مَا
أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَِ يَدَيْهِ
وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخارى(
Artinya: Tidak
ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari
buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya
sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam
firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya:
“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras
(secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya
ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan
penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan
bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik
dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka
peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir
miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan
bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad
al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi
bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad
menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi
keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai
Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu.
Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para
sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja
keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup
selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya
kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa
beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ
اَبَدًا وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “bekerjalah
untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah
untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani
dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan
jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan
rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan
kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan
sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah
berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang
dilakukan oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan
untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Semua orang yang bekerja dapat
menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka
berpegang pada ketentuan berikut:
a. Harus
menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran
Islam
b. Sebelum
melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang
tulus
c. Setiap
pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
2) Hikmah Bekerja Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena
banyak himah dan manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap
lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan
potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan.
2. Membentuk
pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3. Mengangkat
harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. Meningkatkan
taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5. Kebutuhan
hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6. Mampu
hidup layak.
7. Sukses
meraih cita-cita
8. Mendapat
pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari
ibadah.
3. Membiasakan perilaku kerja keras
Untuk dapat
memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu
menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji
dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2. Islam
memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
3. Memiliki
semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya.
B. Tekun
1) Konsep tentang Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin,
giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami
kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat
yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun banyak rintangan yang
menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam belajar. Ketekunan itu
bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus.
contohnya belajar setiap malam, bukan belajar hanya ketika dekat waktu ujian.
Begitu juga dalam beribadah, kita harus senantiasa berzikir kepada Allah baik
dalam keadaan sempit maupun ketika lapang. Jika sifat tekun telah menjadi
bagian diri kita, maka kita akan terampil dan mampuni dalam bidang yang kita
tekuni. Sebagai seorang mukmin, kita harus menekuni bidang kita masing-masing.
Hal ini tersirat dalam surat al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ
كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى
سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah:
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal
untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-citakan.
Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam mensyi’arkan agama Islam.
Ia melakukan dakwah secara terus-menerus kepada keluarga dan masyarakat di
sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang
kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari al-Qur’an dan siap
berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara yang santun dan
baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah
Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan
tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu pun manusia ahir di dunia ini dalam
keadaan pandai atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu
dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan
Allah. Alla berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah
orang-orang terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya.
Salah satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar.
Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat batu kecil yang terletak
di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air
menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar
ternyata batu yang keras itu bisa berlobang hanya karena air yang secara terus
menerus menetes, walaupun hanya setetes demi setetes. Kemudian, beliau
berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika belajar dengan tekun,
terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia belajar lebih tekun
lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena ketekunannya dalam belajar
terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu, maka ia pun diberi nama Ibn
Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang
ternama akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai
seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk urusan duniawi terutama
dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan,
maka perubahan ke arah yang lebih baik akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan
pahamilah firman Allah di bawah ini:
إِنَّ
اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ...
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)
2) Hikmah Tekun
Di antara
hikmah tekun adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan
apa yang diusahakan
b. Selalu
berusaha agar berhasil
c. Melatih
diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
d. Membentuk
pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
e. Bersyukur
jika usahanya berhasil
f. Memperoleh
pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam
C. Ulet
1) Konsep tentang Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan
menyerah jika menemui rintangan dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras
dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu
urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa
sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai yang
diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat
Az-Zumar/39 ayat 53:
“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya.
Ia selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet
memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab
hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya
diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang
kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut ini.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ
اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159) Sikap ulet
juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah. Beliau tidak
menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak berputus asa,
dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai tempat dan
pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman,
Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat
diteror oleh orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan
berputus asa untuk menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang
menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin
Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.
2) Hikmah Ulet
Di antara
hikmah ulet adalah:
a. Memperoleh
kesuksesan atas apa yang ia usahakan
b. Optimis
dalam bekerja
c. Menumbuhkan
semangat untuk selalu berusaha
d. Tidak
putus asa meskipun usahanya belum berhasil
e. Mendapat
pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
1) Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah cermat atau seksama,[2] berhati-hati,
penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan
tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan
dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap muslim
untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya
yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan
kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ
آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia
telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya
dengan segera. (Qs.
Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah
bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَالتَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari
syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R.
Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap
umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika
itu para sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan kezaliman kafir
Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia menunggu
petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya
tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para
sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan
1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian,
berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang
kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari
sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ
كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا
مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ (رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih
baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung; jika amal
usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika
amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang
terlaknat. (H.R. al-Hakim).
2) Hikmah Teliti
Di antara
hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
a. Bekerja
penuh dengan keyakinan
b. Memperoleh
hasil yang memuaskan
c. Menghindari
kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
d. Hasil
usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
e. Memudahkan
untuk memperoleh kesuksesan
f. Terhindar
dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan
Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang perlu dimiliki oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Keempat sifat tersebut harus dilakukan secara integral sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling mendukung. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan tujuan yang dicita-citakan manusia.
Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai.
Dan disertai dengan ketekunan, ulet dan teliti sebuah pekerjaan bisa
terselesaikan dengan cepat, rapi dan maksimal sesuai yang diharapkan. Tanpa
adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah pekerjaan maka manusia akan
cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak merasa puas dan bahkan bisa
menjadi orang yang pesimis.
Untuk itu maka manusia dituntut untuk selalu memiliki dan
menjaga sifat-sifat tersebut diatas. Agar dalam menjalani kehidupan dan
melakukan pekerjaan tetap menjadi orang yang selalu optimis dan berpikiran
positif. Dengan begitu semua apa yang dicita-citakan oleh manusia akan terwujud
dengan baik.
A. Kerja keras
1) Konsep kerja keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja keras adalah
bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita.
Bekerja keras tidak mesti “banting tulang” dengan mengeluarkan tenaga secara
fisik, akan tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir
sungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan
berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Firman Allah SWT yang artinya sebagai berikut:
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Al-Qashash “ 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam
menuntut ilmu, mencari rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi
masing-masing.
Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah
surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya:
“ Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. “
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat
105 yang artinya:
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. “
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan
ibadah khusus, seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah
dikaruniakan Allah di muka bumi ini. Kemudian pada surat at-Taubah di atas
mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita
dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang
bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa
adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi
manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha
dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja
keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari
hasil keringat sendiri. Sabdanya:
عَنِ
اْلمَقْدَادِ بْنِ سَعْدِ يَكْرِبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ مَا
أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلَِ يَدَيْهِ
وَإِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدُ كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (رواه البخارى(
Artinya: Tidak
ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang berasal dari
buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil tangannya
sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam
firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat 6 yang artinya:
“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras
(secara sungguh-sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk
dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya
ketika ia mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan
penuh semangat dan jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan
bekerja keras, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki semangat kerja keras yang tinggi baik
dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan agama Allah. Harta yang mereka
peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk menyantuni fakir
miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan penghargaan
bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad
al-Anshari yang memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi
bertanya, "mengapa tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad
menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk mencari nafkah bagi
keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai
Allah," seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu.
Bayangkanlah, Nabi yang tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para
sahabat, kini mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh. Agar semangat kerja
keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita beranggapan akan hidup
selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya
kita beranggapan bahwa seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa
beribadah dengan khusyu’. Hal ini sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ
اَبَدًا وَاعْمَلْ ِلآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
Artinya: “bekerjalah
untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya; dan bekerjalah
untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari”. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani
dan rohani yang keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan
jasmani berupa makanan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan
rohani berupa pengtahuan yang bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan
kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan
sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah
berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Rasulullah pernah bersabda “amal duniawi yang
dilakukan oleh manusia untuk kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan
untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga termasuk ibadah serta sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT”. Semua orang yang bekerja dapat
menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan mereka
berpegang pada ketentuan berikut:
a. Harus
menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran
Islam
b. Sebelum
melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang
tulus
c. Setiap
pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.
2) Hikmah Bekerja Keras
Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena
banyak himah dan manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap
lingkungannya. Di antara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan
potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan.
2. Membentuk
pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3. Mengangkat
harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. Meningkatkan
taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5. Kebutuhan
hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6. Mampu
hidup layak.
7. Sukses
meraih cita-cita
8. Mendapat
pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari
ibadah.
3. Membiasakan perilaku kerja keras
Untuk dapat
memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu
menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji
dan mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2. Islam
memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
3. Memiliki
semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya.
B. Tekun
1) Konsep tentang Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin,
giat, sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami
kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat tekun ini diwujudkan dalam semangat
yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun banyak rintangan yang
menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam belajar. Ketekunan itu
bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus.
contohnya belajar setiap malam, bukan belajar hanya ketika dekat waktu ujian.
Begitu juga dalam beribadah, kita harus senantiasa berzikir kepada Allah baik
dalam keadaan sempit maupun ketika lapang. Jika sifat tekun telah menjadi
bagian diri kita, maka kita akan terampil dan mampuni dalam bidang yang kita
tekuni. Sebagai seorang mukmin, kita harus menekuni bidang kita masing-masing.
Hal ini tersirat dalam surat al-Isra’/17 ayat 84.
قُلْ
كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَى
سَبِيلاً
Artinya: Katakanlah:
"Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka
Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal
untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-citakan.
Hal itu pula yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam mensyi’arkan agama Islam.
Ia melakukan dakwah secara terus-menerus kepada keluarga dan masyarakat di
sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia juga melakukan pembinaan yang
kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari al-Qur’an dan siap
berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara yang santun dan
baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah
Arab ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan
tidak tahu apa-apa. Tidak ada satu pun manusia ahir di dunia ini dalam
keadaan pandai atau pintar. Dengan bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu
dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana fungsinya yang telah diberikan
Allah. Alla berfirman:
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah
orang-orang terdahulu yang shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya.
Salah satu di antaranya adalah seorang ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar.
Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa bodoh. Ia sulit menerima pelajaran
yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat batu kecil yang terletak
di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air
menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar
ternyata batu yang keras itu bisa berlobang hanya karena air yang secara terus
menerus menetes, walaupun hanya setetes demi setetes. Kemudian, beliau
berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika belajar dengan tekun,
terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia belajar lebih tekun
lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena ketekunannya dalam belajar
terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu, maka ia pun diberi nama Ibn
Hajar, yang artinya “anak batu”.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang
ternama akibat ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai
seorang mukmin, tekunlah dalam berusaha baik untuk urusan duniawi terutama
dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan,
maka perubahan ke arah yang lebih baik akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan
pahamilah firman Allah di bawah ini:
إِنَّ
اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: ...
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Ra’du/13: 11)
2) Hikmah Tekun
Di antara
hikmah tekun adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan
apa yang diusahakan
b. Selalu
berusaha agar berhasil
c. Melatih
diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan ini.
d. Membentuk
pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
e. Bersyukur
jika usahanya berhasil
f. Memperoleh
pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam
C. Ulet
1) Konsep tentang Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan
menyerah jika menemui rintangan dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras
dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita. Meskipun ia gagal dalam suatu
urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan tidak pula berputus asa
sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai yang
diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat
Az-Zumar/39 ayat 53:
“ Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya.
Ia selalu optimis dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet
memerlukan sikap yang optimis, tidak boleh pula optimis yang berlebihan, sebab
hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, sikap ulet hendaknya
diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil tidaknya usaha yang
kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut ini.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ
اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159) Sikap ulet
juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja pada Khadijah. Beliau tidak
menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah, tidak berputus asa,
dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai tempat dan
pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman,
Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat
diteror oleh orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan
berputus asa untuk menyampaikan dakwah kepada mereka sehingga orang-orang yang
menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin
Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.
2) Hikmah Ulet
Di antara
hikmah ulet adalah:
a. Memperoleh
kesuksesan atas apa yang ia usahakan
b. Optimis
dalam bekerja
c. Menumbuhkan
semangat untuk selalu berusaha
d. Tidak
putus asa meskipun usahanya belum berhasil
e. Mendapat
pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
1) Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah cermat atau seksama,[2] berhati-hati,
penuh perhitungan dalam berpikir dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan
tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Sikap ketelitian sangat dibutuhkan
dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan kepada setiap muslim
untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya
yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan
kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:
خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ سَأُرِيكُمْ
آيَاتِي فَلَا تَسْتَعْجِلُونِ
Artinya: Manusia
telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya
dengan segera. (Qs.
Al-Anbiya’/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah
bekerja yang tergesa-gesa. Rasulullah SAW bersabda:
اَلْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
وَالتَّأَنِّيْ مِنَ اللهِ
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari
syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R.
Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Misalnya ketika menyikapi perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap
umat Islam yang ada di Mekah, sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika
itu para sahabat meminta nabi agar segera berperang melawan kezaliman kafir
Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa saat ia menunggu
petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya
tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para
sahabat, perang Badar yang tidak seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan
1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya dimenangkan umat Islam. Dengan demikian,
berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan teliti sehingga hasil yang
kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari hari-hari
sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ وَمَنْ
كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا
مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ (رواه الحاكم(
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih
baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk yang beruntung; jika amal
usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi; dan jika
amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang
terlaknat. (H.R. al-Hakim).
2 Hikmah Teliti
Di antara
hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
a. Bekerja
penuh dengan keyakinan
b. Memperoleh
hasil yang memuaskan
c. Menghindari
kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
d. Hasil
usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
e. Memudahkan
untuk memperoleh kesuksesan
f. Terhindar
dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan







